Temuan-temuan dari studi Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga tentang dampak jangka panjang perceraian pada anak-anak sangat serius untuk dibaca (Perceraian menimbulkan korban jangka panjang pada anak-anak: studi MSF, 9 Desember).
Sayangnya, tidak sulit membayangkan konsekuensi buruk seperti itu yang mempengaruhi anak-anak dari keluarga yang bercerai; beberapa orang muda yang bekerja dengan kami memiliki cerita serupa.
Seperti yang ditunjukkan sosiolog Paulin Straughan, dalam setiap perceraian, ada kemungkinan besar penarikan aset keuangan, sosial dan emosional keluarga. Ini, pada gilirannya, mempengaruhi anak dengan cara yang berbeda.
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa anak-anak berkembang di bawah stabilitas dan keamanan keluarga yang penuh kasih dan sehat.
Tanpa stabilitas yang disediakan oleh pernikahan yang sehat, seorang anak menghadapi risiko masalah kesehatan mental yang lebih besar. Studi telah menemukan tingkat depresi dan kecemasan lebih tinggi pada anak-anak dari orang tua yang bercerai.
Sementara Pemerintah menyediakan berbagai layanan yang menargetkan keluarga – mulai dari program persiapan pernikahan hingga konseling online gratis hingga lembaga yang memberikan dukungan perceraian – perlu untuk tetap fokus di hulu.
Daripada memberikan dukungan ketika pernikahan mencapai titik terendah, mengapa tidak melakukan perjalanan dengan pasangan muda dan membantu mereka membangun fondasi yang kuat untuk kehidupan mereka?
Apa yang diperlukan oleh yayasan ini?
Untuk menstabilkan pernikahan mereka dan mempersiapkan diri untuk sukses, setiap pasangan membutuhkan keterampilan dan dukungan tertentu.
Secara khusus, keterampilan relasional seperti komunikasi yang efektif, resolusi konflik dan mendengarkan aktif muncul ke permukaan. Dalam setiap situasi konflik, masing-masing pihak juga harus dapat menangguhkan penilaiannya sendiri dan mengambil perspektif orang lain.
Melalui beberapa lokakarya pernikahan Focus on the Family Singapore seperti Connect2, kami membekali pasangan muda dan pengantin baru untuk mengenali kebiasaan komunikasi mereka sendiri dan menyadari gaya komunikasi pasangan mereka.
Kami juga membekali mereka untuk mengatasi titik-titik pemicu konflik umum, seperti hubungan dengan mertua dan nilai-nilai pengasuhan, dan untuk menghargai bagaimana latar belakang keluarga mereka yang berbeda telah membentuk cara mereka hidup.
Inilah saatnya untuk generasi yang tahan masa depan dengan berinvestasi di rumah yang sehat dan penuh kasih.
Ini dapat dicapai dengan memberi pasangan muda, serta mereka yang telah menikah selama beberapa waktu, keterampilan dan sumber daya untuk mengelola hubungan mereka dengan baik dan mengkomunikasikan harapan dengan hormat.
Ini berarti tidak hanya pasangan yang lebih kuat dan tingkat perceraian yang lebih rendah, tetapi juga generasi yang lebih sehat dan lebih tangguh yang dibesarkan di rumah-rumah ini.
Joanna Koh-Hoe
Direktur Utama
Fokus pada Keluarga Singapura